cover
Contact Name
Dian Puspita Eka Putri
Contact Email
dianpuspitaekap@gmail.com
Phone
+6285278829905
Journal Mail Official
lenternal12@gmail.com
Editorial Address
Faculty of Tarbiyah, IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung Jl. Raya Petaling Km.13 Petaling Mendobarat Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Location
Kab. bangka,
Kepulauan bangka belitung
INDONESIA
LENTERAL: Learning and Teaching Journal
ISSN : -     EISSN : 27219054     DOI : https://doi.org/10.32923/lenternal
Core Subject : Education,
LENTERNAL: Learning and Teaching Journal, ISSN Online 2721-9054 is a peer-reviewed journal and scientific journal published by IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung. This journal aims to publish articles dedicated to all aspects of teaching and learning. The journal focuses on learning and teaching, teacher preparation, innovation in learning and teaching, teacher professional development, and all aspects of learning and teaching. The journal welcomes varied approaches (qualitative, quantitative, and mixed methods) to empirical research; also publishing high-quality systematic reviews and meta-analyses. Manuscripts should enhance, build upon, and/or extend the boundaries of theory, research, and/or practice in teaching and learning. The Journal publishes twice a year and is open access to readers
Articles 2 Documents
Search results for , issue "Vol 1 No 3 (2020): LENTERNAL: Learning and Teaching Journal" : 2 Documents clear
Latsar Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Mata Diklat Akuntabilitas Pada Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negri Sipil Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2019 Enny Habibah
LENTERNAL: Learning and Teaching Journal Vol 1 No 3 (2020): LENTERNAL: Learning and Teaching Journal
Publisher : IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.729 KB) | DOI: 10.32923/lenternal.v1i3.1390

Abstract

Inovasi pembelajaran merupakan upaya penemuan atau pembaharuan dalam sistem pembelajaran yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik, efektif dan efisien, hal mutlak harus dilakukan oleh widyaiswara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas model pembelajaran jigsaw yang diterapkan untuk mata diklat Akuntabilitas kepada 320 peserta pelatihan dasar CPNS di lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2019. Penelitian dilakukan dengan pendekatan diskriptif kualitatif, menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan variabel kajian. Hasil penelitian menunjukkan 18,125 % peserta menyatakan model pembelajaran Jigsaw sangat efektif diterapkan untuk mata diklat Akuntabilitas, 71,250 peserta menyatakan model pembelajaran jigsaw efektif diterapkan untuk mata diklat Akuntabilitas, 8,125% peserta menyatakan model pembelajaran jigsaw kurang efektif diterapkan untuk mata diklat Akuntabilitas dan 2,50% peserta menyatakan penerapan model pembelajaran jigsaw tidak efektif untuk diterapkan pada mata diklat Akuntabilitas pelatihan dasar CPNS. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran jigsaw sangat efektif diterapkan untuk mata diklat Akuntabilitas pada pelatihan dasar CPNS Provinsi kepulauan Bangka Belitung tahun 2019.
Pendidikan Dimensi Tasawuf Membangun Moral Anak Didik Hadarah Rajab
LENTERNAL: Learning and Teaching Journal Vol 1 No 3 (2020): LENTERNAL: Learning and Teaching Journal
Publisher : IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.077 KB) | DOI: 10.32923/lenternal.v1i3.1649

Abstract

Manusia modern semakin terkontaminasi oleh rasa cemas dan kehilangan visi keilahian serta kehilangan dimensi transdental, sehingga mudah dihinggapi kegersangan dan kritis spiritual.Sebagai akibatnya, manusia modern sering dihinggapi penyakit setress, depresi dan alusinasi.Mereka teralusisnasi dengan dirinya sendiri, dari lingkungan sosialnya dan yang terpenting lagi seolah-olah pesan dari Tuhannya.Kesenjangan antara identitas dan peran agama di satu sisi dan kenyataan masyarakat beragama di sisi lain sebagai dampak modernisme, menunjukkan lemahnya peran agama ditengah-tengah masyarakat. Karena agama yang dipahami oleh masyarakat tampaknya masih sebatas pemahaman dan pengalaman agama secara formalistik.Pemahaman dan pengamalan agama pada masyarakat belum sampai menyentuh pada tingkat penghayatan batiniyah dari hakikat agama.Pemahaman dan pengamalan seperti itu tidak banyak berpengaruh terhadap pembinaan moral.Apalagi jikalau agama hanya dijadikan sebagai simbol pengakuan belaka, tanpa pemahaman dan pengamalan. Bagi setiap insan manusia, baik secara pribadi maupun secara unversal, tentu saja menghendaki sebuah hasil pencapaian hidup yang maksimal agar biasa eksis. Untuk pencapaian level yang paripurna tersebut, membutuhkan upaya secara berkelanjutan dan konsisten pada jalan spiritual sembari menekenuni latihan dan olahan batin, dengan upaya maksimal itulah meberi jalan pintas bagi seseorang mencaoai suatu kecerdasan maksimal yang disebut intlek (intelektus). Media intelek inilah kemudian berfungsi sebagai untuk mengendalikan langkah hidup dan pencapaian yang layak sampai pada visi keabadian, sekaligus menapis sikap dan praktek pragmatism, kepentingan temporal manusia.Manusia dapat menoropong sendi-sendi kebaikan dirinya secara spesifik demi eksistensi kebaikan universal.Manusia pada dimensi ini, telah mencapai pengetahuan substantif secara filsafati dan damai dalam keabadaian hakiki secara spiritual.Maka degan inilah terbangun sebuah landasan spiriiutal tasawuf yang sekaligus actuality. Tasawuf dapat dihami sebagai bagian dari aspek keilmua Islam secara khusus meurpakan dimensi pembersihan jiwa ruhaniah manusia yang menjadi morot penggerak semangat dan jiwa moral yang penuh dengan sikap santun dan keperibadian sebagai ‘tauladan’. Sejatinya, ilmu tasawuf pada mulanya tidak terpisahkan dengan serangkaian olahan batin yang disebut dalam ilmu tasawuf sebagai tazkiyah an-nafs, pada aspek ini menjadi jalan yang mutlak dilalui bagi setiap insan yang menjalani atau pementasan spiritualitas dirinya. Dalam perjalanan spiritual para sufi adalah pengendalian diri dari intrik-intrik dunawiah, mengindarkan diri dari segala bentuk rangsangan (godaan) materi, sebab godaan materi ini dipandangan sebagai biang dari segala penghacuran menuju keabadian; yakni ‘insan suci’. Ini menggambarkan bahwa betapa detealnya perjalanan yang harus ditempuh selama hayat dikandung dikenal dengan mujahadah yakni perjuangan sepanjang hidup manusia. Mujahadah sebagai evisentrum terjalinnya hubungan timbal balik antara hamba dengan Tuhannya demikian sebalik, Tuhan yang dituju akan hadir dan senantiasa mengintai dirinya, menjaga sikap dan perilaku diri untuk selalu dan selamanya menjadi peribadi yang baik, teladan dan terpercaya, inilah model akhlak yang harus diinplementasikan dalam hidup keseharian manusia, menjadi terdidik dan intiqamah. ABSTRACT Modern humans are increasingly contaminated with anxiety and lose the vision of divinity and lose the transcendental dimension, so they are easily seized with spiritual aridity and criticality. As a consequence, modern humans are often afflicted with stress, depression, and hallucinations. They are hallucinating with themselves, from their social environment, and most importantly, as if it were a message from their God.The disparity between identity and the role of religion on the one hand and the reality of religious society on the other hand, as a result of modernism, shows the weak role of religion in society. Because the religion that is understood by the community seems to be still limited to understanding and experiencing religion in a formalistic manner. The understanding and practice of religion in society have not yet reached the level of inner appreciation of the nature of religion. Such understanding and practice have little effect on moral formation. Especially if religion is only used as a symbol of recognition, without understanding and practice. Humans, to be able to reach an existential level, of course, have to make the spiritual ascent and train their intellectual acuity. Fragmentary knowledge cannot be used to see the complete reality unless he has an intellectual vision of the whole. Whereas in every case complete knowledge about nature cannot be achieved but must be through knowledge from the center (center) because this knowledge also contains divine knowledge which can essentially be a link between the servant and his creation. Man can know himself perfectly, only if he has the help of God's knowledge because a relative existence will only be meaningful if he is tied to the Absolute, namely 'God' Sufism is a field of Islamic studies that focuses its attention on efforts to clean up aspects of the human inner self that can revive the noble morals. So as a science since the beginning of Sufism, it cannot be separated from the tazkiyah al-Nafs (purification of the mind/soul). This effort is then theorized in the stages of self-control and certain disciplines from one stage to the next so that it reaches a spiritual level (maqam) which is referred to by the Sufis as zhuhud (testimony), form (encounter), or mortal '(self-annihilation). With a clear heart, according to a Sufistic perspective, a person is believed to be able to give up his devotions and maintain behavior because he can feel a closeness to Allah SWT.

Page 1 of 1 | Total Record : 2